Makalah Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian

MAKALAH
SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN

Di Susun Oleh :
Kelompok VI
1.      Siti Aminah Ajar       NIM : 15.052.017.002
2.      Jaura Gay                  NIM : 15.052.017.003







PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2017/2018




BAB I
PENDAHULUAN
     A.    Latar Belakang
Keluarga merupakan unit social terkecil yang ada dalam masyarakat. Dalam keluarga proses sosialisasi pertama kali dilakukan. Apa yang di anggap baik dan benar dalam sebuah masyarakat akan diajarkan oleh orang tua kepada anaknya sehingga akan mempengaruhi kepribadiannya di masa mendatang.
Proses pembentukan kepribadian seseorang akan berbeda satu sama lain tergantung dari pola sosialisasi yang di anut oleh masyarakatnya. Walaupun demikian, setiap masyarakat mempunyai pola-pola prilaku umum yang membatasi prilaku individu berdasarkan kepribadiannya.
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya.Naluri manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang.Untuk mengisi kekosongan dalam kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan, sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang berbeda satu dengan lainnya.
Di dalam kehidupan masyarakat ada nilai dan norma sosial sebagai pedoman berprilaku masyarakat agar kehidupan social menjadi tertib. Perilaku yang tidak sejalan dengan nilai dan norma sosial disebabkan oleh unsure kesengajaan karna nilai-nilai dan norma sosial dianggap sebagai ikatan yang mengurangi kebebasan perilaku, juga unsur ketidaktahuannya karna tidak tersosialisasinya sperangkat nilai-nilai dan norma sosial yang ada. Hal itu semata-mata didorong oleh keinginan masyarakat agar kelangsungan hidupnya dapat bertahan, sebab tanpa ketertiban sosial, maka kehidupan sosial tidak akan bertahan lama.
    B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah “Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadiaan” di atas maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai beikut:
1.      Apa itu sosialisasi?
2.      Apa saja media atau agen sosialisasi?
3.      Apa saja tahap-tahap sosialisasi?
4.      Apa saja macam-macam sosialisasi?
5.      Apa itu kepribadiaan?
6.      Factor apa saja yang mempengaruhi kepribadiaan?
7.      Tahap-tahap apasaja dalam perkembangan kepribadiaan sebagi hasil sosialisasi?
8.      Bagaimana hubungan antara kepribadiaan, sosialisasi dan kebudayaan?
    C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan makalah “Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadiaan” di atas maka tujuan penulisan adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui definisi sosialisasi.
2.      Mengetahui media atau agen sosialisasi.
3.      Mengetahui tahap-tahap sosialisasi.
4.      Mengetahui macam-macam sosialisasi.
5.      Mengetahui apa itu kepribadiaan.
6.      Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi kepribadiaan.
7.      Mengetahui tahap-tahap perkembangan kepribadiaan sebgai hasil sosialisasi
8.      Mengetahui hubungan antara kepribadiaan, sosialisasi dan kebudayaan.



  

BAB II
PEMBAHASAN
    A.    Definisi Sosialisasi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosialisasi berarti suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya.
Secara sederhana sosialisasi dapat diartikan sebagai sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup serta norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya.. Manfaat sosialisasi, masyarakat dapat memahami perilaku mana yang harusnya diperbolehkan, dan yang tidak diperbolehkan. Sosialisasi selalu dimulai dari lingkungan keluarga sebagai kesatuan unit terkecil, misalnya seseorang yang lahir pada awalnya tidak mengetahui siapa dirinya, walaupun didalam dirinya terdapat potensi untuk berkembang. Potensi ini adalah kemampuan (capability), bakat (talent) yang terpendam dalam dirinya yang belum dikembangkan atau diwujudkan. Seseoarng lahir sebagai makhluk sosial yang hidup ditengah pergaulan manusia dengan tata kelakuan yang menjadi pedoman kelakuan yang baik dan yang tidak baik.
Pokok pembahasan diatas memberikan deskripsi bahwa hanya melalui proses sosialisasi saja nilai-nilai dan norma sosial (yang menjadi pedoman tata kelakuan) dapat diwariskan dan diteruskan ke antargenerasi, terlepas apakah realitas sosial yang ada mengalami perubahan atau tidak. Melalui sosialisasi para generasi masyarakat dapat belajar tentang bagaimana mereka seharusnya bertingkah laku dalam kondisi sosial tertentu ketika berhubungan dengan orang lain.
Berikut ini adalah definisi sosialisasi dari beberapa pakar sosilog adalah sebagai berikut :
1.      Charlotte Buehler, mendefinisikan sosialisasi sebagi proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berfikir kelompoknya agar ia dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
2.      Peter Berger, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses dimana anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
3.      Bruce J. Cohen, mendefinisikan sosialisasi sebagai proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota satu kelompok.
4.      Karel J. Veeger, mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses belajar mengajar, melalui individu belajar menjadi anggota masyarakat, dimana prosesnya tidak semata-mata mengerjakan pola-pola perilaku sosial kepada individu tetapi juga individu tersebut mengembangkan dirinya atau melakukan proses pendewasaan dirinya
5.      Robert M. Z. Lawang, sosialisasi merupakan proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan partisipasi yang efektif dalam kehidupan social
6.      Soerjono Soekamto, soialisasi merupakan proses dimana anggota masyarakat yang baru mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat diman ia menjadi anggota.
7.      M. Sitorus, sosialisasi merupakan proses diman seorang mempelajari pola-pola hidup dalam masyarakat sesuai dengan nilai-nilai, norma dan kebiasaan yang berlaku untuk berkembang sebagai anggota masyarakat dan sebagai individu (pribadi).
Berdasarkan beberapa pengertian para pakar sosiolog di atas, dapat disimpulkan bahwa sosialisasi itu ditempuh seorang individu melalui proses belajar untuk memahami, menghayati, menyesuaikan dan melaksanakan suatu tindakan social yang sesuai dengan pola prilaku masyarakatnya.
    B.     Media Atau Agen Sosialisasi
1.      Keluarga
Keluarga merupakan media awal dari suatu proses sosialisasi. Begitu anggota keluarga baru lahir, ia sangat bergantung pada perlindungan dan bantuan anggota keluarganya. Proses sosialisasi awal ini dimulai dengan proses belajar menyesuaikan diri dan mengikuti setiap apa yang di ajarkan oleh orang-orang dilingkungan keluarganya. Oleh karena itu, orang tua sangat berperan untuk :
a.       Memberikan pengawasan dan pengendalian yang wajar sehingga anak tidak merasa tertekan jiwanya;
b.      Mendorong agar anak dapat membedakan antara prilaku benar dan salah, baik dan buruk, dan sebagainya;
c.       Memberi contoh prilaku yang baik dan pantas bagi anaknya.
Dalam lingkungan keluarga, kita mengenal dua macam pola sosialisasi, yaitu; dengan cara represif (repressive socialization) yang mengutamakan adanya ketaatan anak kepada orang tua, dan cara partisipasi (participatory socialization) yang mengutamakan adanya partisipasi dari anak.
2.      Kelompok Bermain (peer group)
Setelah anak dapat berjalan, berbicara, dan berpergian, ia mulai bertemu dan berinteraksi dengan teman sebayanya, yang biasanya berasal dari keluarga lain. pada tahap ini, anak memasuki game stage , fase dimana ia mulai mempelajari berbagai aturan tentang peranan orang-orang yang kedudukannya sederajat. Dengan bermain ia mulai mengenal nilai-nilai kepemimpinan, keadilan, kebenaran, toleransi, atau solidaritas, patriotisme dan lain-lain.
3.      Lingkungan Sekolah
Disini seseorang akan mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga maupun kelompok sepermainan. Sekolah mempersiapkannya untuk peran-peran baru di masa mendatang saat ia tidak tergantung lagi pada orang tua. Sekolah tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan yang bertujuan memengaruhi perkembangan intelektual anak, tetapi juga mempengaruhi hal lain seperti kemandirian, tanggungjawab, dan tata tertib.
Menurut Horton, fungsi nyata dari pendidikan antara lain : (1) Sebagai modal penting dalam menentukan mata pencaharian. (2) Dapat mengembangkan potensi demi pemenuhan kebutuhan pribadi dan pengembangan masyarakat (3) Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan (4) Membentuk kepribadian.
4.      Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga berpengaruh besar pada pembentukan kepribadian. Pengaruh dari lingkungan kerja tersebut pada umumnya mengendap dalam diri seseorang dan sulit untuk di ubah, apalagi jika yang bersangkutan telah lama bekerja dilingkungan tersebut.
Sebagai contoh, seorang anggota tentara akan bersosialisasi dengan cara kerja lingkungan militer dengan garis komando yang tegas, sedangkan dosen atau guru lebih banyak bersosialisasi dengan iklim kerja yang lebih demokratis.
5.      Media Massa
Para ilmuwan sosial telah banyak membuktikan bahwa pesan-pesan yang disampaikanmelalui media massa (televisi, radio, film, internet, surat kabar, makalah, buku, dst.)memberikan pengaruh bagi perkembangan diri seseorang, terutama anak-anak.
Beberapa hasil penelian menyatakan bahwa sebagaian besar waktu anak-anak dan remaja dihabiskan untuk menonton televisi, bermain game online dan berkomunikasi melalui internet atau social media seperti yahoo messenger, google talk, facebook, bbm, whatsap dll.
      C.    Tahap-Tahap Sosialisasi
Penyesuaiaan diri terjadi secara berangsur-angsur,seiring dengan perluasan dan pertumbuhan pengetahuan serta penerimaan individu terhadap nilai dan norma yang terdapat dalam lingkungan masyarakat tempat ia berada. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan terjadinya perubahan perilaku dan tindakan seseorang karena telah terjadi penerapan nilai-nilai dan norma-norma baru yang berbeda dari nilai dan norma yang ia miliki sebelumnya. Beraneka nilai dan norma itu diserap manusia melalui sosialisasi.
    Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peran (role theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.
1.      Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri sendiri. Pada tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna. 
Contoh : Kata “makan” yang diajarkan ibu kepada anaknya yang masih balita diucapkan “mam”. Makna kata tersebut juga belum dipahami secara tepat oleh anak. Lama kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut dengan kenyataan yang dialaminya.
2.      Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan seorang ibu dari anaknya. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yakni darimana anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).
3.      Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama dengan teman-temannya. Pada tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubungannya semakin kompleks. Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya diluar rumah. Peraturan-peraturan yang berlaku diluar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami. Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku diluar keluarganya.
4.      Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat dalam arti sepenuhnya. 
     D.    Macam-Macam Sosialisasi
Sosialisasi dalam masyarakat bersifat universal atau umum. Adapun macam-macam sosialisasi adalah sebagai berikut :
1.      Sosialisasi berdasarkan berlangsungnya
Berdasarkan berlangsungnya, sosialisasi dibedakan menjadi :
a.       Sosialisasi yang disengaja atau disadari, yaitu sosialisasi yang dilakukan secara sadar atau disengaja, misalnya pendidikan, pengajaran, indoktrinasi, dakwah, pemberian petunjuk, nasihat, dan sebagainya.
b.      Sosialisasi yang tidak disengaja atau disadari, yaitu sosialisasi yang tidak disadari atau tidak disengaja yaitu perilaku atau sikap sehari hari yang dilihat atau dicontoh pihak lain. Contohnya adalah perilaku seorang ayah yang ditiru oleh anak laki-lakinya dan perilaku seorang ibu yang ditiru oleh anak perempuannya.
2.      Sosialisasi berdasarkan pihak yang terlibat
Berdasarkan pihak yang terlibat, sosialisasi dibedakan menjadi:
a.       Sosialisasi Equaliter adalah sosialisasi yang berlangsung di antara orang-orang yang kedudukan atau statusnya relatif sama, misalnya di antara teman, sesama murid, dan lain-lain.
b.      Sosialisasi Otoriter adalah sosialisasi yang berlangsung di antara pihak-pihak yang status atau kedudukannya befrbeda, , misalnya antara ornag tua dengan anak, antara guru dengan murid, antara pimpinan dengan pengikut, dan lain-lain.
3.      Sosialisasi menurut tahapnya
Menurut tahapnya, sosialisasi dibedakan menjadi:
a.       Sosialisasi primer adalah sosialisasi yang dialami pertama kali oleh seorang individu. Sosialisasi primer dialami individu pada masa kanak-kanak dan terjadi di dalam lingkungan keluarga. Pada sosialisasi ini, individu tidak punya hak untuk memilih agen sosialisasinya, individu tidak dapat menghindar untuk menerima, dan menginternalisasi cara pandang keluarga.
b.      Sosialisasi sekunder adalah sosialisasi yang terjadi di luar lingkungan keluarga. Sosialisasi sekunder berkaitan dengan ketika individu mampu untuk berinteraksi dengan orang lain selain keluarganya. Sosialisasi sekunder dapat terjadi di lingkungan bermain, lingkungan sekolah, media massa, tempat kerja, dan sebagainya.
4.      Sosialisasi berdasarkan caranya
Berdasarkan caranya, sosialisasi dibedakan sebagai berikut:
a.       Sosialisasi represif adalah sosialisasi dalam keluarga dimana orang tua tidak memperhatikan pendapat dan partisipasi dari anak. Dalam sosialisasi represif terdapat hal yang menjadi perhatian, yaitu penggunaan hukuman, memakai materi dalam hukuman dan imbalan, kepatuhan anak kepada orang tua, komunikasi satu arah (perintah), bersifat nonverbal, orang tua sebagai pusat sosialisasi sehingga keinginan orang tua menjadi penting, dan keluarga menjadi significant others.
b.      Sosialisasi partisipatoris adalah sosialisasi yang terjadi dalam keluarga dimana partisipasi anak diperhatikan secara penuh dan orang tua mempertimbanhkan kemauan anak. Sosialisasi partisipatoris mempunyai ciri-ciri antara lain: individu diberikan imbalan jika berkelakuan baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan pada interaksi, komunikasi terjadi secara lisan/verbal, anak pusat organisasi sehingga keperluan anak dianggap penting dan keluarga menjadi generalized others.         
       E.     Definisi Kepribadian
Setiap individu memiliki kepribadian melalui sosialisasi sejak dilahirkan. Kepribadian Menunjuk pada pengaturan sikap-sikap sesorang yang berbuat, berfikir, dan merasakan, khusunya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi satu keadaan. Kepribadian mencakup kebiasaan, sikap, sifat yang dimiliki seseorang yang berkembang apabila seseorang berhubungan dengan orang lain.
Konsep kepribadian adalah konsep yang luas sehingga tidak mungkin dapat merumuskan satu definisi yang tajam tapi dapat mencangkup keseluruhannya. Oleh karena itu, pengertian dari satu ahli dengan lainnya berbeda-beda. Namun demikian, definisi yang berbeda-beda tersebut saling melengkapi dan memperkaya pemahaman tentang konsep kepribadian. Beberapa definisi kepribadian menurut para ahli antara lain sebagai berikut:
1.      Theodore M. Newcomb berpendapat kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari prilakunya. Hal ini berarti kepribadian menunjuk pada organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila ia berhubungan dengan orang lain atau ketika ia menanggapi suatu masalah atau keadaan.
2.      Roucek dan Warren dalam buku mereka yang berjudul “Sociology an Introduction” mendefenisikan kepribadian sebagai organisasi faktor-faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari prilaku seorang individu. Faktor-faktor itu meliputi keadaan fisik, system syaraf, watak seksual, proses pendewasaan individu yang bersangkutan, dan kelainan-kelainan biologis lainnya. Adapun factor psikologis meliputi unsur temperamen, perasaan, keterampilan, kemampuan belajar dan sebagainya. Sedangkan factor sosiologis dapat berupa proses sosialisasi yang ia peroleh sejak kecil.
3.      Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia menyatakan kepribadian sebagai susunan dari unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu.
     F.     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadiaan
Kepribadian terbentuk, berkembang, dan berubah seiring dengan proses sosialisasi yang dipengaruhi oleh factor-faktor sebagai berikut:
1.      Faktor biologis
Semuah manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu,seperti memiliki dua tangan,panca indera,kelenjar seksual,dan otak yang rumit. Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam kepribadian dan perilaku semuah orang. Setiap warisan biologis selalu bersifat unik. Hal yang lain yang juga mempengaruhi kepribadian adalah kematangan biologis. Tidak semuah factor karakteristik fisik menggambarkan kepribadian seseorang. Misalnya,orang gemuk adalah orang periang,orang yang keningnya lebar adalah orang cerdas,dan orang dengan rahang lebar mempunyai kepribadian kuat. 
2.      Faktor geografis (lingkungan fisik)
Faktor lingkungan fisik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Misalnya, masyarakat yang tinggal didaerah subur cenderung memiliki kepribadian yang ramah, tenang dan  sabar. Sebaliknya, mereka yang tinggal didaerah tandus cenderung rakus, tamak dan egois karena pengaruh lingkungan fisik yang keras.
3.      Factor kebudayaan khusus
Setiap daerah memiliki karakteristik yang khas karena pengaruh kebudayaan yang di anut. Misalnya, kepribadian masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa atau masyarakat industry berbeda dengan masyarakat tradisional. Begitu juga menyangkut kepribadian suku bangsa, ras dan kelas sosial tertentu akan berbeda satu sama lain.
4.      Faktor pengalaman kelompok
Anggota kelompok yang lain cukup penting perannya bagi individu dalam mengembangkan kepribadian yang positif. Kelompok yang berpengaruh dalam perkembangan kepribadian seorang dibedakan menjadi dua yaitu sebagai berikut :
a.       Kelompok acuan (kelompok referensi)
Sepanjang hidup seseorang,kelompok-kelompok tertentu di jadikan model yang penting bagi gagasan atau norma-norma perilaku. Mula-mula kelompok keluarga adalah kelompok yang dimiliki bayi selama masa-masa yang paling peka. Pembentukan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan dengan tahun-tahun pertama. Selain keluarga,kelompok referensi yang lain adalah teman-teman sebaya yang sama usia dan statusnya.
b.      Kelompok majemuk
Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka ragam. Bermacam-macam kelompok ini memiliki pandangan yan g berbeda-beda tentang aneka nilai dan norma dalam masyarakat. Suatu norma yang dianggap penting oleh satu kelompok masyarakat dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
5.      Faktor pengalaman unik
Pada lingkungan keluarga yang sama,tidak ada individu yang memiliki kepribadian yang sama.,karena meskipun berada dalam satu keluarga tidak mendapatkan pengalaman yang sama. Begitu juga dengan pengalaman yang dialami oleh seseorang yang lahir kembali,tidak akan selalu sama. Arti dan pengaruh  suatu pengalaman tergantung pada pengalaman-pengalaman yang mendahuluinya. Pengalaman-pengalaman yang unik akan mempengaruhi kepribadian seseorang. Kepribadian berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya karena pengalaman yang dialami seseorang itu unik dan tidak ada satu orang pun yang dapat menyamainya.
      G.    Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian sebagai Hasil Sosialisasi
1.      Fase Pertama
Menurut Charles H. Cooley (1864-1929), proses perkembangan kepribadian seseorang dimulai kurang lebih pada usia 1-2 tahun yang ditandai dengan saat-saat anak mengenal dirinya sendiri yang dibantu oleh orang-orang dewasa dilingkungannya. Kita dapat membedakan kepribadian seseorang menjadi dua bagian penting, yaitu:
a.       Basic Personality Structure, yaitu unsur-unsur dasar atas berbagai sikap yang disebut attitude. Unsur ini bersifat permanen dan tidak mudah berubah.
b.      Capital Personality, yaitu unsur-unsur yang terdiri atas keyakinan-keyakinan atau anggapan-anggapan yang sifatnya mudah berubah atau dapat ditinjau kembali (fleksibel). Ini diperoleh berdasarkan pengalaman melalui pergaulan dengan orang lain.
2.      Fase Kedua
Ini merupakan fase perkembangan dimana rasa ego yang dimiliki seorang anak mulai berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada di lingkungannya. Fase kedua ini berlangsung relatif panjang hingga menjelang masa dewasa. Kepribadian tersebut mulai tampak dengan tipe prilaku khas yang tampak dari perangai, kegemaran, IQ serta bakat-bakatnya.
3.       Fase Ketiga
Kepribadian seseorang pada akhirnya mengalami suatu perkembangan yang relatif tetap, yaitu dengan terbentuknya prilaku-prilaku yang khas sebagai perwujudan kepribadian yang bersifat abstrak. Fase ketiga ini disebut juga fase kedewasaan, yang berlangsung kurang lebih pada usia antar 25-28 tahun.
      H.    Hubungan antara Kepribadian, Sosialisasi dan Kebudayaan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, kebudayaan merupakan perangkat yang dihasilkan oleh suatu bentuk kehidupan bersama. Selanjutnya, kebudayaan digunakan sebagai pedoman hidup, artinya sebagai sarana untuk menyelenggarakan seluruh tata kehidupan warga masyarakat tersebut. Oleh sebab itu, kebudayaan senantiasa dirombak dan disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi yang ada didalam masyarakat. Bagi generasi baru, kebudayaan berfungsi membentuk atau mencetak pola-pola prilaku yang selanjutnya akan membentuk suatu kepribadian yang tetap dank has. Jadi’ jelaslah bahwa kebudayaan merupakan mesin atau komponen yang akan menentukan bagaiman corak kepribadian dari warga masyarakat. Proses ini dinamak social determinism.
Pada masyarakat pedesaan kehidupannya masih kental dengan sifat gotong royong, budaya ini akan mempengaruhi dan membentuk kepribadian masyarakat pedesaan dengan karakter solidaritas tinggi, rela berkorban, peka terhadap masalah dilingkungan sosialnya.
Adapun masyarakat kota dengan struktur budaya yang lebih majemuk dan maju, mempunyai karakteristik berbeda dengan masyarakat pedesaan. Masyarakat kota mempunyai suatu system tata nilai yang memberikan penghargaan terhadap harkat dan martabat seseorang tidak lagi berdasarkan baik buruknya prilaku seperti pada masyarakat pedesaan, melainkan ditentukan oleh kemampuan kerja atau prestasi kerja serta kepemilikan harta benda. System tata nilai ini mempengaruhi pribadi-pribadi masyarakat kota dengan karakteristik menghargai waktu, giat menuntu kemajuan dan kurang menghargai kebersamaan dengan orang lain.
Dari uraian di atas terlihatlah bahwa kepribadian individu sangat dipengaruhi oleh corak budaya yang ada dalam masyarakatnya. Struktur budaya yang ada memang tidak semuanya diserap dan diterima oleh individu, tetapi setidak-tidaknya nilai-nilai tertentu yang dipedomani dan dijadikan dasar untuk menentukan sikap atau prilaku dalam bertindak sehari-hari sehingga membentuk prilaku khas yang disebut kepribadian (personality).


BAB III
PENUTUP
    A.    Kesimpulan
Sosialisasi adalah suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dilingkungannya. Melalui sosialisasi para generasi masyarakat dapat belajar tentang bagaimana mereka seharusnya bertingkah laku dalam kondisi sosial tertentu ketika berhubungan dengan orang lain. 
Kepribadian merupakan organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari prilakunya. Hal ini berarti kepribadian menunjuk pada organisasi dari sikap-sikap seorang individu untuk berbuat, mengetahui, berpikir, dan merasakan secara khusus apabila ia berhubungan dengan orang lain atau ketika ia menanggapi suatu masalah atau keadaan.
Setiap individu memiliki kepribadian melalui sosialisasi sejak dilahirkan. Kepribadian Menunjuk pada pengaturan sikap-sikap sesorang yang berbuat,berfikir,dan merasakan,khusunya apabila dia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi satu keadaan. Konsep kepribadian adalah konsep yang luas sehingga tidak mungkin dapat merumuskan satu definisi yang tajam tapi dapat mencangkup keseluruhannya.
    B.     Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.



DAFTAR PUSTAKA

Fm, Rudy. 2016. Makalah Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian.
           http://rudifm14.blogspot.co.id. Diakses pada 09 September 2016.
Gutti. 2011. Makalah tentang Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadian.
       http://gutti211.blogspot.co.id. Diakses pada 27 Oktober 2011.
Irba. 2013. Sosialisasi Dan Pembentukan Kepribadiaan. http://irwanbahar99.blogspot.co.id.
         Diakses pada 17 November 2013.
Jikrillah, Febri. 2013. Macam-macam Sosialisasi. http://febri_zikrillah.blogspot.co.id.
      Diakses pada 23 Januari 2013.
Kadhapi, Muamer. 2013. Makalah Sosiaalisasi Dan Pembentukan Kepribadian.
        http://ukhuwahislah.blogspot.co.id. Diakses pada 12 Agustus 2013. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Gizi Lansia

Makalah Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran